Ummahatul-Mukminin Para Istri Nabi

Ahmad Sarwat, Lc., MA
36 halaman
Februari 2000
Allah,” sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya......” (QS. Al-Ahzab: 37)

Pada ayat di atas, Allah menyebut sahabat Zaid dengan:
‘orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya (dengan hidayah Islam) dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya’.

Maksudnya, Zaid mendapatkan nikmat dari Allah berupa hidayah iman, dan mendapat nikmat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena dibebaskan dari status budak, kemudian dididik dalam asuhannya.

Kita kembali fokus ke Zaid dan Zainab.

Sejatinya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkeinginan untuk menikahi Zainab, dalam rangka menghapus anggapan jahiliyah bahwa ayah angkat tidak boleh menikahi istri dari mantan anak angkatnya. Namun, Zainab masih menjadi istri Zaid, yang masyarakat menganggapnya anak angkat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berharap agar Zaid menceraikan Zainab, sehingga beliau bisa menikahi Zainab.

Terjadilah interaksi yang tidak harmonis antara Zaid dengan Zainab. Sampai akhirnya Zaid mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang istrinya. Rasulullah pun menasihatkan kepada Zaid seperti ayat di atas, ‘Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah’, artinya, jangan kau ceraikan istrimu Zainab dan bersabarlah, sekalipun banyak masalah keluarga. Padahal beliau menyimpan harapan agar Zaid menceraikan Zainab. Pada ayat di atas Allah menyatakan, ‘sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya’.