Imam Nawawi vs Imam Syafi'i

Teuku Khairul Fazli, Lc
20 halaman
Oktober 2018

tuduhan pemberontakan terhadap Khilafah Abbasiyah, namun akhirnya beliau dibebaskan atas rekomendasi Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani yang merupakan murib terbaiknya Imam Abu Hanifah yang pada saat itu menempati posisi Qadhi pada pemerintahan Abbasiyah.

Setelah beliau dibebaskan dari tuduhan tersebut, beliau berguru kepada Muhammad bin Hasan AsySyaibani tentang Fikih Hanafi atau Mazhab Ahli Ra’I sampai beliau wafat.

Setelah wafatnya Muhammad bin Hasan pada tahun 189, Imam Syafi’I meninggalkan kota Baghdad menuju kota Mekah dan mengisi kajian Fikih serta memberikan fatwa di masjid Haram. Pada saat itulah beliau mulai merintis Mazhab sendiri yang berbeda dengan kedua gurunya yaitu Imam Malik dan Muhammad bin Hasan.

Pada tahun 195 H, Imam Syafi’I meninggalkan kota Mekah dan menuju ke Baghdad untuk yang kedua kalinya setelah menetap diMekah selama 6 tahun. Tujuan beliau kembali lagi ke Baghdad adalah untuk mengembangkan dan menyebar luaskan mazhabnya.

Selama berada di Baghdad, beliau berhasil menulis kitab dalam bidang Usul Fikih yang berjudul alRisalah dan dalam bidang fikih yang berjudul alHujjah atau yang lebih dikenal dengan mazhab Qadim. Diantara murib beliau di Baghdad adalah Imam Ahmad bin Hambal, Abu Tsaur al-Kalbi, Abu Ali al-Karabisi, dan Hasan al-za’farani.

Pada tahun 199 H, Imam Syafi’I berangkat menuju