melafadzkan bacaan-bacaan shalat.
كُنَّا نَتَكَلَّمُ فِي الصَّلَاةِ، يُكَلِّمُ الرَّجُلُ مِنَّا صَاحِبَهُ وَهُوَ إِلَى جَنْبِهِ حَتَّى نَزَلَتْ: وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ، فَأُمِرْنَا بِالسُّكُوتِ وَنُهِينَا عَنِ الْكَلَامِ.
Dari Zaid bin Al-Arqam radhiyallahuanhu berkata,"Dahulu kami bercakap-cakap pada saat shalat. Seseorang ngobrol dengan temannya di dalam shalat. Yang lain berbicara dengan yang disampingnya. Hingga turunlah firman Allah SWT "Berdirilah untuk Allah dengan khusyu". Maka kami diperintahkan untuk diam dan dilarang berbicara dalam shalat". (HR. Jamaah kecuali Ibnu Majah)
8. Masih Menghadap ke Baitul Maqdis
Nabi SAW sejak awal diperintahkan shalat ke kiblatnya orang Yahudi yaitu Baitul Maqdis, sebelum akhirnya dipindahkan arahnya ke Ka'bah. Baik itu sebelum Isra' Mi'raj ataupun setelah Isra' Mi'rah, kiblatnya Nabi SAW waktu itu bukan Ka'bah tapi malah Baitul Maqdis. Jadi cerita isra' mi'raj itu kira-kira Beliau diajak menuju ke kiblat shalatnya selama ini. Mirip kita sekarang ibadah haji umrah, kita ziarahi kiblat kita.
Satu catatan yang menarik, ternyata kalau dibandingkan secara durasi waktu, ujung-ujungnya lebih lama menghadap Baitul Maqdis ketimbang langsung ke Ka'bah.
Hitung-hitungannya begini : Selama 13 tahun periode Mekkah, Nabi sepenuhnya diperintahkan shalat menghadap Baitul Maqdis. Bahkan meski